Senin, 07 Mei 2012

Stop Rasa Gelisah dan Takut

Part I

Jujur saja, sejak kecil saya merupakan anak yang sangat penakut, gampang cemas, dan sering merasa gelisah.  Bertahun-tahun saya merasa tersiksa. Bayangkan saja, saya sampai kelas 4 SD tidak berani mandi malam-malam, kalaupun di suruh mandi maka orang tua saya harus menunggu di balik pintu (udah ngede malu dong kalau mandi di tontonin).

Ketika saya menginjak kelas 5 SD, saya di tunjuk mengikuti lomba yang cukup bergengsi. Awalnya hanya sekadar coba-coba dan ternyata saya lolos sampai mewakili provinsi saya di ajang pesta kesenian Bali. Ketika saya memenangkan lomba tersebut di tingkat kabupaten maka mau tidak mau saya harus di karantina untuk diasah kemampuan saya agar bisa menampilkan pertunjukan yang maksimal.

Saya di karantina di sebuah gelanggang olahraga, bersama para atlit dan peserta PORSENIJAR. Di sana saya adalalah anak yang paling muda dan tentunya manja. Satu hari di sana saya sudah merasa uring-uringan karena merasa  saya cemas akan lomba yang saya hadapi, apakah saya bisa maksimal. Gelisah karena saya berfikir mungkinkah saya tidak mandi selama satu bulan ahhaa dan yang menjadi titik puncaknya adalah rasa takut.

Mungkin saja saya adalah tipe anak yang paranoid atau apalah namanya. Saya sangat sering melihat bayangan-bayangan aneh dan antara kasat dan tidak kasat mata, apalagi di belakang kamar tidur saya (kurang lebih lagi 11) meter terdapat kolam renang yang menurut penjaga GOR sangat angker dan saya di suruh hati-hati (sampai saat ini saya tidak tahu penyebabnya kenapa diantara seluruh peserta hanya saya dan beberapa peserta yang di jangan ke sana oleh petugas serta penanggung jawab acara).

Ketika malam akan menjelang, saya sudah tidak kuat menahan ketakutan dan kegelisahan yang menjangkiti maka saya putuskan untuk keluar. Eh ternyata saya malah semakin takut dan putus asa tapi syukurnya orang tua saya dan pembina saya entah kenapa datang dari kampung, kemudian mengajak saya pulang untuk di bina jalan saja (pulang pergi dari rumah ke tempat karantina).

Kendati saya sudah merasakan bagaimana susahnya dikungkung rasa cemas, gelisah dan takut namun saat itu saya belum mau berinisiatif untuk melakukan perubahan. Saya masih saja berfikiran yang macam-macam hingga membuat saya menjadi semakin paranoid.

Penderitaan saya bukan hanya sampai di sini saja, sehabis saya mengikuti lomba POSENIJAR saya juga terjebak berbagai macam kegiatan -sebenarnya bukan terjebak sih, saya mengikuti berbagai macam kegiatan karena kemauan saya sendiri- yang mau tidak mau menuntut kemandirian saya serta kemauan untuk mengubur dalam-dalam rasa gelisah dan rasa takut. sampai suatu ketika, saya mengalami kejadian yang benar-benar tidak terduga (silakan klik link ini untuk membaca pengalaman saya). Pengalaman itulah yang membuat saya berinisiatif “stop Rasa Gelisah dan Takut.”

Menurut ahli psikologi, rasa takut adalah perasaan negatif yang timbul akibat teridentifikasinya sebuah stimulus (misalhnya bahaya). Rasa takut ini seringkali diikuti dengan adanya perubahan fisiologis, kognitif, dan tingkah laku (kleinknecht, 1986). Gelisah adalah perasaan tidak tentram, selalu merasa khawatir (tentang suasana hati) merasa tidak tenang: cemas.

Membaca sekilas artikel ini, pasti akan terbersit “rasa takut dan gelisah tidak bisa di STOP, ”memang benar dan saya tidak memungkiri adanya. Rasa takut tersebut memang tidak bisa di STOP dan wajar-wajar saja jika mempunyai rasa takut, tetapi jangan sampai berlebihan. “lalu kenapa judul artikel ini menggunakan kata STOP?,”  jawaban dari saya adalah baca artikel saya ini sampai selesai ehehe #jaga-jaga jika judul dan inisiatif yang saya tulis di artikel ini di kritik. Silakan di simak dan di praktikkan. 
Sedikit catatan, bersyukurlah teman-teman , pembaca dan para bloger mempunyai rasa gelisah, dan takut. Dengan rasa takut hidup akan menjadi lebih berwarna. Bayangkan saja jika tidak, tentu saja hidup akan menjadi melempem tidak ada gairah. Gunakanlah rasa takutmu secara bijak. takutlah sebesar-bersarnya atas dosa kita kepada sesama dan kepada Tuhan.

Berikut cara-cara yang saya terapkan untuk mengatasi rasa takut tersebut
       
1.         Cari penyebabnya.
Segala hal yang membuat kita merasa gelisah dan takut pasti ada penyebabnya terkadang penyebab tersebut tidak kita sadari atau kita biarkan saja menemani diri kita. Dulu saya adalah orang yang paling takut akan ulat penyebabnya karena ketika saya main di taman rumah, ulat tersebut menempel di dagu saya, alhasil saya teriak-teriak sampai dagu saya kejedot.
“Kenapa saya harus menemukan penyebabnya?,” dengan mengetahui penyebabnya kamu akan semakin besar memiliki peluang untuk bebas dari rasa Takut.

2.         Pikiran.
Sumber dari segala yang kita hadapi atau jalani berasal dari pikiran. Banyak orang cenderung memikirkan hal-hal yang membuatnya gelisah dan takut. Makin kita memikirkan hal tersebut secara tidak langsung kita sudah mensugesti diri kita (membawa spekulasi-sepekulasi negatif dan menanamnya di alam bawah sadar).jangan heran makin hari diri kita akan semakin phobia, merasa rendah diri.
Cobalah kendalikan pikiranmu. Kamu bisa mengembangkan kehidupan spiritual dengan cara meningkatkan keyakinanmu kepada Tuhan. Ini akan membuat kita merasa nyaman,  tentram dan selalu di lindungi.
Lawanlah sugesti dengan sugesti. Inilah alasan kenapa saya membuat judul “STOP Rasa Takut dan Gelisah.” Sugestikanlah dalam dirimu bahwa kamu akan bisa mengatasi rasa takut dan gelisah.
Lalu kenapa menggunakan STOP?? Kata ‘stop’ secara tidak langsung menyatakan tentang kebulatan tekat kita. Manusia cenerung lebih mudah menerima sugesti yang mengesankan sebuah keyakinan atau kemunduran, coba saja bandingkan kata-kata “mencoba menghilangkan rasa takut,” “mungkinkah menghilangkan rasa takut?,” “stop rasa takut dan gelisah,” yang mana lebih membuatmu bersemangat??? Ehehhe



Tidak ada komentar:

Posting Komentar