Part I
Jujur
saja, sejak kecil saya merupakan anak yang sangat penakut, gampang cemas, dan
sering merasa gelisah. Bertahun-tahun
saya merasa tersiksa. Bayangkan saja, saya sampai kelas 4 SD tidak berani mandi
malam-malam, kalaupun di suruh mandi maka orang tua saya harus menunggu di
balik pintu (udah ngede malu dong kalau mandi di tontonin).
Ketika
saya menginjak kelas 5 SD, saya di tunjuk mengikuti lomba yang cukup bergengsi.
Awalnya hanya sekadar coba-coba dan ternyata saya lolos sampai mewakili
provinsi saya di ajang pesta kesenian Bali. Ketika saya memenangkan lomba
tersebut di tingkat kabupaten maka mau tidak mau saya harus di karantina untuk
diasah kemampuan saya agar bisa menampilkan pertunjukan yang maksimal.
Saya
di karantina di sebuah gelanggang olahraga, bersama para atlit dan peserta
PORSENIJAR. Di sana saya adalalah anak yang paling muda dan tentunya manja.
Satu hari di sana saya sudah merasa uring-uringan karena merasa saya cemas akan lomba yang saya hadapi, apakah
saya bisa maksimal. Gelisah karena saya berfikir mungkinkah saya tidak mandi
selama satu bulan ahhaa dan yang menjadi titik puncaknya adalah rasa takut.
Mungkin
saja saya adalah tipe anak yang paranoid atau apalah namanya. Saya sangat
sering melihat bayangan-bayangan aneh dan antara kasat dan tidak kasat mata,
apalagi di belakang kamar tidur saya (kurang lebih lagi 11) meter terdapat
kolam renang yang menurut penjaga GOR sangat angker dan saya di suruh hati-hati
(sampai saat ini saya tidak tahu penyebabnya kenapa diantara seluruh peserta
hanya saya dan beberapa peserta yang di jangan ke sana oleh petugas serta
penanggung jawab acara).
Ketika
malam akan menjelang, saya sudah tidak kuat menahan ketakutan dan kegelisahan
yang menjangkiti maka saya putuskan untuk keluar. Eh ternyata saya malah
semakin takut dan putus asa tapi syukurnya orang tua saya dan pembina saya
entah kenapa datang dari kampung, kemudian mengajak saya pulang untuk di bina
jalan saja (pulang pergi dari rumah ke tempat karantina).
Kendati
saya sudah merasakan bagaimana susahnya dikungkung rasa cemas, gelisah dan
takut namun saat itu saya belum mau berinisiatif untuk melakukan perubahan.
Saya masih saja berfikiran yang macam-macam hingga membuat saya menjadi semakin
paranoid.
Penderitaan
saya bukan hanya sampai di sini saja, sehabis saya mengikuti lomba POSENIJAR
saya juga terjebak berbagai macam kegiatan -sebenarnya bukan terjebak sih, saya
mengikuti berbagai macam kegiatan karena kemauan saya sendiri- yang mau tidak
mau menuntut kemandirian saya serta kemauan untuk mengubur dalam-dalam rasa gelisah dan rasa takut. sampai
suatu ketika, saya mengalami kejadian yang benar-benar tidak terduga (silakan
klik link ini untuk membaca pengalaman saya). Pengalaman itulah yang membuat saya
berinisiatif “stop Rasa Gelisah dan Takut.”
Menurut
ahli psikologi, rasa takut adalah perasaan negatif yang timbul akibat
teridentifikasinya sebuah stimulus (misalhnya bahaya). Rasa takut ini
seringkali diikuti dengan adanya perubahan fisiologis, kognitif, dan tingkah
laku (kleinknecht, 1986). Gelisah adalah perasaan tidak tentram, selalu merasa khawatir (tentang suasana hati) merasa tidak tenang: cemas.
Membaca
sekilas artikel ini, pasti akan terbersit “rasa takut dan gelisah tidak bisa di
STOP, ”memang benar dan saya tidak memungkiri adanya. Rasa takut tersebut memang
tidak bisa di STOP dan wajar-wajar saja jika mempunyai rasa takut, tetapi
jangan sampai berlebihan. “lalu kenapa judul artikel ini menggunakan kata
STOP?,” jawaban dari saya adalah baca
artikel saya ini sampai selesai ehehe #jaga-jaga jika judul dan inisiatif yang
saya tulis di artikel ini di kritik. Silakan di simak dan di praktikkan.
Sedikit catatan, bersyukurlah teman-teman , pembaca dan para bloger mempunyai rasa gelisah, dan takut. Dengan rasa takut hidup akan menjadi lebih berwarna. Bayangkan saja jika tidak, tentu saja hidup akan menjadi melempem tidak ada gairah. Gunakanlah rasa takutmu secara bijak. takutlah sebesar-bersarnya atas dosa kita kepada sesama dan kepada Tuhan.
Sedikit catatan, bersyukurlah teman-teman , pembaca dan para bloger mempunyai rasa gelisah, dan takut. Dengan rasa takut hidup akan menjadi lebih berwarna. Bayangkan saja jika tidak, tentu saja hidup akan menjadi melempem tidak ada gairah. Gunakanlah rasa takutmu secara bijak. takutlah sebesar-bersarnya atas dosa kita kepada sesama dan kepada Tuhan.
Berikut
cara-cara yang saya terapkan untuk mengatasi rasa takut tersebut
1.
Cari penyebabnya.
Segala hal yang membuat kita
merasa gelisah dan takut pasti ada penyebabnya terkadang penyebab tersebut
tidak kita sadari atau kita biarkan saja menemani diri kita. Dulu saya adalah
orang yang paling takut akan ulat penyebabnya karena ketika saya main di taman
rumah, ulat tersebut menempel di dagu saya, alhasil saya teriak-teriak sampai
dagu saya kejedot.
“Kenapa
saya harus menemukan penyebabnya?,” dengan mengetahui penyebabnya kamu akan
semakin besar memiliki peluang untuk bebas dari rasa Takut.
2.
Pikiran.
Sumber dari segala yang
kita hadapi atau jalani berasal dari pikiran. Banyak orang cenderung memikirkan
hal-hal yang membuatnya gelisah dan takut. Makin kita memikirkan hal tersebut
secara tidak langsung kita sudah mensugesti diri kita (membawa
spekulasi-sepekulasi negatif dan menanamnya di alam bawah sadar).jangan heran
makin hari diri kita akan semakin phobia, merasa rendah diri.
Cobalah kendalikan
pikiranmu. Kamu bisa mengembangkan kehidupan spiritual dengan cara meningkatkan
keyakinanmu kepada Tuhan. Ini akan membuat kita merasa nyaman, tentram dan selalu di lindungi.
Lawanlah sugesti dengan
sugesti. Inilah alasan kenapa saya membuat judul “STOP Rasa Takut dan Gelisah.”
Sugestikanlah dalam dirimu bahwa kamu akan bisa mengatasi rasa takut dan
gelisah.
Lalu kenapa menggunakan
STOP?? Kata ‘stop’ secara tidak langsung menyatakan tentang kebulatan tekat
kita. Manusia cenerung lebih mudah menerima sugesti yang mengesankan sebuah
keyakinan atau kemunduran, coba saja bandingkan kata-kata “mencoba
menghilangkan rasa takut,” “mungkinkah menghilangkan rasa takut?,” “stop rasa
takut dan gelisah,” yang mana lebih membuatmu bersemangat??? Ehehhe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar