“Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukan dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya
Laskar pelangi takkan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Warnai bintang di jiwa.”
Untuk mengetahui lanjutan lirik lagu ini klik link ini
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Banyak
orang yang mengatakan kepada saya “janganlah bermimpi, ketika jatuh –tidak tercapai-
akan sakit rasanya.” Ketika saya bersekolahpun demikian, saya sering mendapat
cibiran dari teman-teman karena terlalu banyak mimpi. Mereka bilang saya “tong
kosong nyaring bunyinya.”
Hem...tidak
apalah, saya di cibir yang penting mereka tidak terganggu dengan mimpi yang
saya punya..ehehe :)
.
Saya
yakin, banyak sekali orang yang berspekulasi layaknya orang-orang di sekitar
saya, teman-teman saya. Bahwa bermimpi adalah hal yang sia-sia karena mimpi
adalah kegiatan semu, membuang-buang waktu. “benarkah itu?,” Jika ditanya
‘benarkah itu’ saya akan menjadi orang yang pertama untuk mengatakan tidak
benar. “kenapa?,” jawabannya bisa di simak dalam artikel ini. Selamat membaca
Seperti
cuplikan lirik di atas, lagu yang di nyanyikan band pavorit dan sekaligus lagu
pavorit saya, Niji. “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia berlarilah
tanpa lelah sampai engkau meraihnya.” Lirik lagu ini bagi saya bukanlah isapan
jempol semata, banyak sekali orang-orang sukses yang berawal dari mimpi-mimpi
baik yang kecil maupun spektakuler.
Menurut
saya mimpi adalah awal dari segalanya. Dengan bermimpi kita akan menjadi lebih
siap dalam menyambut hari esok, apakah kita ingin secerah bulan tau secerah
mentari. Dengan bermimpi kita akan lebih terfokus dalam mencari tujuan hidup,
cita-cita untuk digapai. Dengan
bermimpi kita akan belajar untuk membuat spekulasi-sepekulasi kehidupan kita
kedepannya. Spekulasi-spekulasi inilah yang akan membuat pemikiran kita menjadi
lebih matang dari biasanya.
Sebenarnya
yang menjadi masalah bukanlah mimpi itu, melainkan aktualisasinya. Inilah yang
membuat banyak orang salahkaprah dan menyalahkan mimpi sebagai biangkeladi
terbuangnya waktu, kegagalan dalam usaha dan sebagainya.
Semua
orang bisa bermimpi bahkan binatang sekalipun. Namun orang-orang yang menaruh
kepercayaan pada mimpi dan berusaha mewujudkan mimpinya sangat rendah. Alasannya
saya kira karena kurang percaya diri, saya sendiripun sangat sering
mengalaminya.
Saya
pernah bermimpi ingin menjadi juara olimpiade biologi tingkat provinsi, namun
karena kurang rasa percaya diri dengan beranggapan diri saya sangat bodoh, saya
hanya menggantung mimpi itu. Ketika persiapan lomba, saya sudah menyerah duluan
terlebih mendengar bisikan teman-teman saya katanya ”anak kota itu
pintar-pintar...percuma belajar!.” Perlahan tapi pasti mental saya menjadi
sangat-sangat down, mengambil buku saja sudah malas,,toh tidak akan dapat
juara. Hem..benar saja ketika saya mengikuti lomba tersebut saya hanya lolos
tingkat kabupaten.
Waktupun
berlalu...lambat laun ketidak percayaan saya akan mimpi membuat pembina saya di
sekolah sekolah terketuk dan memberikan saya sedikit siraman rohani. Kendati
hanya sedikit dan dalam tempo waktu yang singkat, namun sampai sekarang masih
terngiang di telinga saya. Ia menekankan akan pentingnya sebuah mimpi.
Ia
mengatakan kepada saya, sebenarnya Tuhan menciptakan manusia itu pada dasarnya
sama, namun manusia yang mampu muncul ke permukaan menjadi manusia yang unggul,
manusia yang mempunyai masa depan yang cerah adalah manusia yang mempunyai
mimpi dan semangat untuk mewujudkan mimpinya. Orang yang sukses karena 1%
jenius, 99% usaha. “Bukankah anak sekolahan dari kota juga belajar?
Belajarnyapun sama. Bukanlah kita diciptakan oleh Tuhan ?.”
Ketika
saya berusaha memulai membangun mimpi saya, saya menemukan kendala lain.
“seberapa tinggikah saya harus memiliki mimpi?,” memang untuk menjawab ini
sangat rumit karena tingginya tingkatan mimpi tidak bisa di ukur secara nyata.
“tidakkah jika mimpi saya terlalu tinggi, saya tidak akan bisa meraihnya?,” untuk
pemikiran saya ini, saya tidak mau banyak ambil pusing. Jawaban saya sederhana
saja, “buat apa kita bermimpi akan hal-hal yang sudah pasti dan gampang di
raih? Bukankah itu tidak ada tantangannya?.” Hidup akan jauh lebih berarti jika
ada tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut penuh dengan tantangan, inilah
prinsip yang coba saya gunakan.
“Bagaimana
jika mimpi saya gagal?,” “kasihaaann
dehhh looo.”... saya rasa bukan itu
jawaban yang sesuai. Gagal atau berhasil adalah hal biasa, namun yang berhasil
karena gagal itu luar biasa. Samahalnya seperti ketika kita masih kecil,
bukankah kita belajar dari kegagalan-kegagalan? Seperti pada saat belajar
merangkak, beratus-ratus kali terjuntai namun tidak kenal lelah dan akhirnya
sekarang bisa pandai berjalan.
Marilah
bermimpi tetapi jangan menjadi pemimpi. Bermimpi memang berkutat pada hanyalan
namun hanyalan ini bukanlah hanyalan biasa yang hanya untuk memanipulasi diri,
merasa senang dengan angan-angan palsu. Jadikanlah mimpi itu kenyataan.
Orang
yang mempunyai mimpi adalah orang yang akan maju. Orang yang mempunyai mimpi
dan berusaha untuk mewujudkannya adalah orang yang maju, orang yang mampu menentukan
tujuan hidupnya. Seorang yang bermimpi bukanlah orang yang takut menghadapi
masadepan, melainkan orang yang pemikir. Seorang yang melihat masadepan sebagai
pintu yang siap terbuka untuk dirinya, melihat resiko bukan dengan ketakutan
namun dengan kepercayaan diri yang tidak gentar walau di hempas badai.
Jangan
menjadi sang pemipi. Sang pemimpi adalah mereka yang terbuai oleh mimpi-mimpi
manis yang mereka buat tanpa ingin bangun untuk mengakhirinya, kemudian
mewujudkannya. Mimpi adalah bagian hidup sementara realitasnya menguap. Bermimpi
hanya untuk memanjakan otak, kabur ketika menghadapi kesulitan.
Sobat
kantong “teruslah bermimpi tetapi jangan menjadi Pemimpi.” Mari kita sama-sama
merubah pola pikir kita, tidak usah ragu untuk bermimpi dan mewujudkan mimpi
tersebut. “Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu bangsa atau kaum, sebelum
bangsa atau kaum itu mengubah apa yang ada di dalam diri mereka sendiri.”
Demikian
artikel amburadul karya saya, semoga bermanfaat. Kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan. Ingat “warnailah hidupmu dengan mimpi, ukirlah
hidupmu dengan jejak perjalanan meraih mimpi.”
Rendang, 8 Mei 2012
Trianandika,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar